Sebuah tragedi memilukan terjadi di Ohio, Amerika Serikat—seorang bayi berusia 16 bulan meninggal dunia karena dehidrasi parah setelah ditinggal ibunya selama sepuluh hari. Peristiwa ini menjadi pengingat keras bahwa hidrasi untuk bayi dan anak bukanlah hal sepele. Tubuh mereka yang masih berkembang sangat rentan kehilangan cairan, dan ketidakmampuan mereka untuk menyampaikan rasa haus membuat risiko dehidrasi semakin tinggi.
Meski insiden itu terjadi jauh dari Indonesia, pesan yang bisa diambil sangat dekat bahwa bayi dan anak kecil belum mampu mengomunikasikan rasa haus secara langsung. Tanda-tanda dehidrasi sering kali muncul secara halus seperti mulut kering, jarang buang air kecil, atau rewel berlebihan—dan jika tidak disadari, bisa cepat berkembang menjadi kondisi serius.
Di negara beriklim tropis seperti Indonesia, di mana suhu panas dan kelembaban tinggi jadi keseharian, risiko dehidrasi bisa meningkat tanpa disadari. Karena itu, menjaga asupan cairan anak menjadi bentuk perlindungan paling mendasar yang bisa dilakukan setiap hari.
Kebutuhan Cairan Anak Berdasarkan Usia
Menjaga hidrasi untuk bayi dan anak perlu memperhatikan tahapan usia, karena setiap kelompok usia memiliki kebutuhan cairan yang berbeda. Menurut panduan dari Kementerian Kesehatan RI dan WHO, bayi berusia 0–6 bulan sebaiknya hanya mendapatkan ASI eksklusif. ASI mengandung sekitar 88% air, yang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan cairan harian bayi pada usia tersebut tanpa perlu tambahan air putih, bahkan di cuaca panas sekalipun.
Memasuki usia 6 bulan ke atas, bayi mulai dikenalkan dengan MPASI, dan kebutuhan cairannya pun meningkat. Bayi usia 6–12 bulan umumnya membutuhkan sekitar 800 ml cairan per hari. Jumlah ini merupakan kombinasi dari ASI, makanan padat, dan air minum tambahan. Antara usia 1 sampai 3 tahun, kebutuhan cairan harian anak bertambah menjadi sekitar 1,3 liter. Untuk anak usia 4–6 tahun, jumlah tersebut bisa meningkat hingga 1,6 liter.
Namun, kebutuhan cairan ini bersifat dinamis. Di Indonesia, dengan iklim tropis yang panas dan lembab, anak-anak beresiko kehilangan cairan lebih cepat melalui keringat. Aktivitas fisik, demam, atau diare juga bisa meningkatkan kebutuhan cairan harian anak secara signifikan.
Tanda Dehidrasi Pada Bayi dan Anak
Dehidrasi pada anak sering kali terjadi tanpa disadari karena gejalanya tampak ringan atau dianggap biasa. Padahal, kekurangan cairan pada anak bisa berdampak serius terhadap fungsi tubuh dan perkembangan otak mereka. Tanda-tanda dehidrasi ringan hingga sedang bisa meliputi bibir dan mulut yang tampak kering, mata terlihat cekung, serta frekuensi buang air kecil yang menurun. Jika anak buang air kecil tetapi urin berwarna kuning tua atau pekat, itu bisa menjadi sinyal bahwa tubuhnya kekurangan cairan.
Anak juga bisa menjadi lebih rewel, tampak lemas, atau justru terlalu mengantuk. Pada bayi, tanda dehidrasi lebih spesifik bisa dilihat dari ubun-ubun yang tampak cekung dan popok yang jarang basah dalam beberapa jam. Ini menunjukkan bahwa tubuhnya kekurangan cairan untuk menghasilkan urin.
Menurut Pediatrics International (2021), anak-anak lebih rentan terhadap dehidrasi karena komposisi tubuh mereka mengandung lebih banyak air dibandingkan orang dewasa. Ini berarti kehilangan cairan sedikit saja sudah bisa berdampak signifikan pada keseimbangan tubuh mereka.
Sumber Cairan Terbaik untuk Anak
Sumber cairan terbaik untuk anak sangat tergantung pada usianya. Untuk bayi di bawah enam bulan, ASI eksklusif adalah satu-satunya sumber cairan yang dibutuhkan karena sudah mengandung hampir 90 persen air. Setelah usia enam bulan, ketika anak mulai mengonsumsi MPASI, air putih dapat diberikan secara bertahap dengan porsi yang disesuaikan dan atas anjuran tenaga kesehatan.
Minuman manis seperti teh, sirup, atau jus kemasan sebaiknya dihindari atau sangat dibatasi. Selain rendah nilai gizinya, minuman tersebut mengandung gula berlebih yang dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan kerusakan gigi sejak dini. Di sisi lain, air mineral yang berkualitas dan aman adalah pilihan terbaik untuk melengkapi kebutuhan cairan harian anak.
Namun, tidak semua wilayah di Indonesia memiliki akses mudah ke air bersih. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memilih air dalam kemasan yang sudah teruji kualitas dan keamanannya, terutama untuk anak-anak yang daya tahan tubuhnya masih berkembang.
Tips Menjaga Anak Tetap Terhidrasi
Menjaga hidrasi bayi dan anak dapat menjadi tantangan, apalagi jika mereka sedang aktif bermain atau enggan minum air. Berikut beberapa cara praktis yang bisa kamu lakukan:
- Sajikan air dalam botol lucu atau gelas warna-warni untuk menarik perhatian anak
- Tawarkan air putih secara rutin, bukan hanya saat anak merasa haus
- Tambahkan potongan buah segar ke dalam air agar lebih menarik
- Perhatikan konsumsi makanan tinggi air seperti semangka, sup, atau agar-agar
- Jadikan minum air sebagai kebiasaan keluarga yang menyenangkan
Beberapa PAUD di Cirebon telah menjalankan Kampanye Sekolah Sehat dengan membiasakan anak-anak minum air sebelum dan sesudah belajar. Langkah sederhana ini menjadi cara efektif membentuk pola hidup sehat sejak dini. Selain menjaga tubuh tetap terhidrasi, kebiasaan ini juga menanamkan kesadaran kolektif tentang pentingnya minum air secara rutin. Pendekatan ini tidak hanya bermanfaat secara fisik, tapi juga mendukung pembelajaran yang lebih fokus dan aktif sepanjang hari.
Viola, Air Mineral Berkualitas untuk Si Kecil
Dalam memastikan anak tetap terhidrasi dengan baik, penting memilih air yang aman dan terpercaya. Viola, air mineral dari Cirebon, hadir sebagai solusi yang bisa diandalkan untuk keluarga. Melalui proses penyaringan multi-lapisan dan pengawasan ketat di setiap tahap produksi, Viola menjaga kemurnian air tetap terjaga tanpa kontaminan.
Produk ini telah bersertifikasi halal dari MUI, terdaftar di BPOM, serta memenuhi standar SNI. Dengan harga yang ramah di kantong, Viola menjadi pilihan cerdas untuk konsumsi harian seluruh anggota keluarga, termasuk si kecil.
Yang membuat Viola istimewa, tidak hanya karena kualitasnya, tapi juga karena komitmennya terhadap masyarakat lokal. Air berasal dari mata air pegunungan yang dikelola oleh tenaga lokal, memberi manfaat ekonomi bagi komunitas sekitar.
Jangan menunggu hingga anak menunjukkan gejala kelelahan atau dehidrasi. Bangun kebiasaan minum air sehat sejak usia dini. Hadirkan Viola di meja makan, bawa dalam botol minum anak ke sekolah, dan jadikan air mineral berkualitas ini bagian dari rutinitas harian keluarga. Viola bukan sekadar air minum—ini adalah awal penting menuju tumbuh kembang anak yang lebih sehat dan penuh kebahagiaan.